Breast Enlargement Harus dengan Prosedur Operasi

Foto: Ahmad Fadilah
Beberapa waktu lalu ramai beredar istilah implan payudara. Benarkah silikon cair boleh digunakan dan bagaimana sebetulnya prosedur yang benar dan aman?
"Istilah yang benar adalah breast enlargement , atau breast augmentation , atau pembesaran ukuran payudara," ujar ahli bedah plastik dr. Irene Sakura Rini, Sp.BP. , mengoreksi kekeliruan istilah pembesaran
payudara yang terjadi di kalangan umum. Menurut Irene, salah satu alasan yang membuat wanita memilih melakukan pembesaran payudara adalah faktor hormonal. Sejak kecil, pasien tidak punya kelenjar susu yang cukup, sehingga payudara tidak tumbuh baik. Bisa juga karena ototnya yang tipis (wanita bertubuh kurus). “Tapi, bukan berarti wanita yang kurus pasti tidak punya payudara. Ada juga, kan, wanita kurus tapi payudaranya besar, atau sebaliknya, orang gemuk tapi payudaranya kecil,” lanjut Irene.
Alasan lainnya karena perubahan bentuk payudara usai menyusui. Akibatnya, wanita menjadi tidak pede dan ingin menyesuaikan bentuk juga ukuran payudaranya. Ada juga karena wanita tersebut melakukan diet dan berat badannya turun sampai puluhan kilo, sehingga payudaranya pun jadi kempes (kempis, Red).
Breast augmentation  juga bisa dilakukan untuk tindakan rekonstruksi. Misalnya, pada wanita yang sebelah payudaranya harus diangkat karena tumor. “Maka yang dilakukan adalah tindakan rekonstruksi untuk menyamakan ukuran kedua belah payudara,” jelas Irene.
Selain itu, ada yang dinamakan reposisi payudara. Misalnya, pada pasien yang merasa payudaranya turun, melorot, atau kempes , usai menyusui. Ini bisa direposisi, baik putingnya saja maupun puting dan jaringan di sekitarnya. Jika setelah direposisi, pasien merasa volumenya tidak sesuai, bisa dilakukan breast enlargement .
Lemak atau Silikon Gel
Breast enlargement  bisa dilakukan dengan menggunakan lemak dari badan sendiri. “Lemak yang berlebihan di tubuh diambil dengan prosedur yang sesuai dengan standar medis, kemudian dimasukkan ke payudara. Ini juga harus dengan rambu-rambu yang ketat. Tidak sembarang orang boleh melakukannya," jelas Irene.
Yang kedua, implan dengan silicon cohesive gel . Ada bermacam-macam silikon, dari mulai silikon padat, silikon gel, sampai silikon cair. “Nah, yang tidak boleh digunakan adalah silikon cair, karena gampang sekali bereaksi dengan tubuh. Sama-sama silikon, tapi silikon cair bukan lagi medical grade . Rumus kimianya sudah berubah. Silikon cair inilah yang sering disalahgunakan,” jelas Irene.
Implan juga bisa menggunakan semacam saline , yang digunakan pada cairan infus. "Teksturnya hampir sama dengan silikon gel, cuma karena air, saline  tidak kenyal, dan pelan-pelan akan kempes ," lanjut Irene sambil menekankan bahwa semua tindakan implan harus dilakukan dengan prosedur operasi di kamar operasi yang steril dan dilakukan oleh ahli yang berkompeten.
Foto: Ahmad Fadilah
Kondisi Prima
Yang menjadi pertanyaan, apakah breast enlargement  ini aman dan tidak berisiko menimbulkan infeksi? Irene menegaskan, setiap tindakan membuka kulit pasti berisiko infeksi, “Jangankan implan, membuka-buka jerawat saja bisa infeksi, kok. Belum lagi faktor suasana kamar operasi, alat yang dipakai, atau kulit pasien sendiri yang membawa kuman, dan sebagainya.”
Breast enlargement juga berisiko menimbulkan infeksi, jika pemasangannya tidak benar. “Jadi, bukan karena implannya, melainkan karena lukanya. Implan harus masuk dalam keadaan steril, kalau sudah terpapar dunia luar, tidak boleh dimasukkan lagi. Misalnya, sudah dipasang di tubuh, terus karena sesuatu hal harus dikeluarkan. Maka, implan tersebut tidak boleh dimasukkan lagi, dan harus diganti,” jelas Irene.
Sebelum melakukan operasi pembesaran payudara, pasien harus melakukan pemeriksaan darah, apakah mengandung kuman atau tidak, misalnya dari lekositnya. Kalau ada infeksi di tempat lain, operasi ditunda dulu. Apalagi, pemasangan implan bukanlah tindakan emergensi, jadi infeksinya diobati dulu. Atau, jika pembekuan darah kurang baik yang bisa menimbulkan penumpukan darah. “Terlalu banyak perdarahan bisa menimbulkan infeksi,” kata Irene. Juga jika kulit pasien tidak tahan dengan luka.
Intinya, pasien harus dalam kondisi prima. Penderita kencing manis, misalnya, sebaiknya tidak usah melakukan breast enlargement , karena lukanya bisa lama sembuh. Penderita sakit jantung atau ginjal juga sebaiknya tidak melakukan breast enlargement . Atau pada wanita yang kadar oksigennya kurang, misalnya pada perokok lama dan berat. “Boleh, sih, tapi risikonya penyembuhannya jadi lebih lama dan ini harus dijelaskan sebelumnya. Misalnya, dokter meminta pasien berhenti merokok dulu.” Pada wanita yang masih berencana punya anak dan menyusui, pemasangan implan dilakukan di belakang kelenjar susu, sehingga tetap bisa menyusui.
Langsung Pulang
Pada dasarnya, lanjut Irene, tidak ada larangan khusus bagi pasien yang baru saja menjalani operasi pembesaran payudara. Yang penting kehati-hatian. Setelah pemasangan, pasien bisa langsung pulang. Di rumah, bisa melakukan kegiatan sehari-hari, misalnya menulis di meja. Juga tidak ada pantangan makanan, kecuali jika pasien punya alergi. “Sebaiknya, breast enlargement  dilakukan jika wanita sudah matang usianya," jelas Irene.
Luka bekas operasi implan biasanya akan kering dalam 5-7 hari, tapi kekuatannya belum 100 persen. Baru setelah 6 minggu, kekuatan mencapai 85 persen. Kalau bisa, saran Irene, sampai minggu kedua jangan melakukan kegiatan yang berat dulu, misalnya menyetir mobil, atau mengangkat barang berat. Hindari pula olahraga high impact , seperti naik sepeda, berendam di sauna, golf, atau tenis. Olahraga ringan, misalnya jalan di tempat, boleh dilakukan setelah 3 minggu.
Foto: Ahmad Fadilah
Silikon Cair Berbahaya
Banyak wanita yang memilih jalan pintas dengan melakukan pembesaran payudara ke orang yang tidak berkompeten. "Ini terjadi karena ada yang ingin, lalu ada yang menyediakan dengan jalan pintas," jelas Irene. Masalahnya, yang digunakan adalah bahan-bahan yang tidak jelas, dosisnya pun berbahaya bagi tubuh, dan yang melakukan adalah orang yang tidak berkompeten. Selain itu, cara memasukkannya pun dengan disuntikkan, bukan dengan operasi seperti prosedur yang seharusnya.
Bahan-bahan yang sering disebut-sebut digunakan untuk suntikan pembesaran payudara antara lain silikon cair, parafin, hingga kolagen. Suntik kolagen memang dikenal dalam dunia medis, tapi tidak boleh lebih dari 1-2 cc, dan 1 cc harganya pun hampir 300 dolar AS. Jadi, bagaimana mungkin kolagen bisa disuntikkan hingga 200-300 cc untuk sebelah payudara saja? Sementara silikon cair jelas sangat berbahaya bagi tubuh karena sangat mudah bereaksi dengan tubuh.
Irene mengaku banyak mendapat pasien wanita yang pernah melakukan suntik pembesaran payudara, dan datang karena takut bekas suntikannya jadi kanker. "Bekas suntikannya jadi mengeras, sakit, luka tidak sembuh-sembuh, merah, kulit infeksi, persis penampilannya keperti kanker. Padahal, pada implan, ini sangat jarang terjadi. Kalau dengan suntikan, baru disuntik saja sudah bisa infeksi. Belum lagi penyimpanannya yang tidak jelas," ujar Irene yang menganjurkan pasien tahu dan memilih ahli yang berkompeten jika hendak melakukan pembesaran payudara.